Cari Blog Ini

Jumat, 12 Juni 2009

Jangan Mengejar Matahari

Banyak orang di penghujung tahun mencoba merefleksikan dan merenungkan apa yang telah mereka alami sepanjang tahun dan dalam proses ini kemudian membuat sebuah Resolusi Tahun Baru – a new year's resolution – dimana kita curahkan cita cita yang kita ingin capai dalam tahun yang baru. Ada yang sederhana seperti "lebih serius dalam bekerja". Ada yang sederhana tetapi penuh rasa ragu ragu "saya akan berhenti merokok (lagi)". Ada yang serius menggebu "kalau nggak dapat promosi yang saya inginkan saya akan mencari pekerjaan lain!".

Saya terus terang tidak tahu siapa yang mulai tradisi ini dan apa makna aslinya tetapi kebiasaan ini bagus untuk diterapkan sebagai pengingat akan tahapan hidup kita dan apakah kita puas atas hasil yang telah didapatkan.Lebih penting lagi adalah ini dapat menjadi saat perenungan kita sebagai mahkluk hidup yang mencari makna yang prinsipil dalam menjalani hidup ini. Ada lagu dari Pink Floyd yang saya sukai. Syairnya antara lain berbunyi : "and you run and you run to catch up with the sun but it's sinking,sinking around to come up behind you again,the sun is the same in a relative way but you're older,shorter of breath and one day closer to death"- dan kita berlari terus menerus untuk mengejar matahari namun ianya terbenamterbenam untuk terbit kembali dibelakang kitamatahari secara relatif tetap sama tetapi kita bertambah tuanapas lebih pendek dan satu hari lebih dekat kepada kematian -.Sepanjang tahun kita mengejar target kita dan setiap hari ia terbit kembali dan kita mengejarnya lagi. Sah, sah, saja tetapi mari kita ingat bahwa hidup ini multi dimensi dan jangan sampai kita berjebak siklus mengejar matahari dan waktu pensiun baru kita sadari kita telah bekerja dengan baik namun kita "tidak hidup". Agar tidak terjebak dalam siklus ini cobalah merenungkan hidup anda dan buatlah resolusi akhir tahun anda.

Ada cara menarik untuk membuatnya. Cerita dari Arthur Gordon ini adalah mengenai seorang eksekutif yang sedang mengalami keresahan dan ingin merenungkan makna hidupnya. Dia pergi keseorang dokter dan dia disuruh kepantai sendirian sambil membawa 4 resep yang harus dibukanya setiap tiga jam..Sesampainya dipantai dipagi hari yang sunyi dia membuka resep yang pertama, didalamnya hanya ada tiga kata "dengarkan dengan seksama". Apa yang bisa dia dengar karena pantai itu sepi dan hanya ada ombak yang ber-ulang ulang? Setelah mengalami keresahan dan frustasi selama tiga jam ia sadar bahwa yang dia dengar adalah kesunyian itu sendiri dan didalamnya –diantara debar ombak – ada "sesuatu" yang dia mulai dapat deteksi namun belum dapat mengerti. Dia kemudian membuka resep kedua, "ingatlah masa lalu".

Selama tiga jam berikutnya dia mulai mengenang masa lalunya dan banyak kenangan yang menyenangkan maupun yang menyedihkan berputar kembali dibenaknya.Dia mulai merasakan sebuah ketenangan didalam dirinya dan dia dengan semangat membuka resep yang ketiga, "periksa ulang motif motif anda". Resep ini membuat dia agak terperanjat. Dia yang tadinya mulai menemukan ketenangan ternyata diminta untuk melihat kedalam dirinya dan merenungkan pemikiran maupun perasaan dia yang paling dalam –yang tidak diketahui orang lain maupun yang dia sendiri enggan renungkan – akan dasar dari perbuatan dia dimasa lalu. Tiga jam ini membuat dia sangat resah akan beberapa tindakan dan keputusan yang pernah dia ambil. Dia kemudian dengan rasa agak enggan membuka resep keempat, "tulislah keresahan anda dipasir". Tadinya dia agak ragu menulis keresahan dan penyesalan dia akan tindakan dia dimasa lalu.Namun karena memang tiada orang lain di pantai tersebut kecuali dianya maka dia mulai menulis tanpa rasa takut dibaca orang.Setelah selesai dia duduk termenung dan membaca ulang tulisannya yang bertebaran dipantai tersebut . Didalam hatinya timbul beberapa perasaan yang bercampur aduk.

Lega karena dia telah melepaskan beban yang ternyata ada didalam dirinya selama ini dan menyesal karena beberapa tindakan dan perilaku dia tidak selaras dengan nurani jiwanya yang paling dalam. Sambil dia merenung dan membaca ulang tulisannya dipasir tidak terasa haripun sudah menjelang malam. Kegelapan mulai melanda pantai yang sunyi itu dan tiba tiba dia sadar bahwa air lautpun sudah mulai mendekatinya. Dia mulai beranjak dari tempat dia duduk dan perlahan lahan mulai kembali kedaratan. Disaat itupun sebuah ketenangan yang luar biasa melandainya. Selama berada dipantai dia telah membuka diri kepada dirinya sendiri dan sekarang laut secara perlahan dan pasti mulai menghapus apa yang telah dia tulis dipasir.

Sambil berjalan kemobilnya dan menuju kembali kedunianya yang penuh hiruk pikuk dia telah menemukan kembali dirinya dan didalamnya dia mendapatkan ketenangan batin yang luar biasa buat masa depannya. Tiada matahari yang perlu dikerjar. Toh, matahari akan terbit kembali esok pagi. Sebenarnya momentum membuat resolusi tidak harus pada akhir tahun saja.
Waktu bulan puasa adalah saat yang penuh refleksi buat umat Islam. Ulang tahun kita bisa juga menjadi tonggak membuat dan mengevaluasi resolusi. Yang penting kita terggugah untuk menggapai sesuatu yang lebih baik dan kita memiliki komitmen pribadi untuk mencapainya.. Jangan sampai kejadian seperti lelucon dimana seorang eksekutif ditanya "apa resolusi kamu tahun ini?" dan dijawab "sama seperti tahun lalu dan setiap tahun sebelumnya!" – alias tidak pernah dijalankan! Ini namanya ilusi tahunan. Kita semua bertanggung jawab atas perilaku, tindakan dan hidup kita. Why waste it?


Salam Kerja Keras..!!
Selalu Berfikir positif,
Sukses untuk anda.

Tidak ada komentar: