Cari Blog Ini

Minggu, 04 Oktober 2009

Sukses & Arogansi

Seorang CEO dari perusahaan Fortune 100 mengatakan, “Success can lead to arrogance. When we are arrogant, we quit listening. When we quit listening, we stop changing. In today’s rapidly moving world, if we quit changing, we will ultimately fail.” (Sukses bisa membuat kita jadi arogan. Saat kita arogan, kita berhenti mendengarkan. Ketika kita berhenti mendengarkan, kita berhenti berubah. Dan di dunia yang terus berubah dengan begitu cepatnya seperti sekarang, kalau kita berhenti berubah, maka kita akan gagal).
Itulah sisi negatif dari kesuksesan, yakni arogansi. Arogansi muncul saat seseorang merasa diri paling hebat, paling luar biasa, dan paling baik dibandingkan dengan yang lainnya. Penyakit mental ini bisa menjangkiti apa dan siapa saja, mulai dari organisasi, produk, pemimpin, sampai orang biasa. Khusus pada tulisan ini, kita akan membicarakan soal manusianya.
Orang sukses lalu bersombong ria sebenarnya patut disayangkan. Bayangkan saja, saat berjuang keras menggapai kesuksesan, mereka begitu terbuka untuk belajar. Mereka mau mendengarkan. Mereka mau berjerih payah, berani hidup susah, dan mengorbankan diri. Bahkan, mereka tampak sangat ‘merakyat’ hidupnya. Akan tetapi, itu dulu. Sayang sekali, saat kesuksesan datang, mereka lupa diri. Mungkin dia akan berkata, “Saya sudah berhasil mencapai yang terbaik. Sekarang, Andalah yang harus mendengarkan saya. Saya tidak perlu lagi mendengarkan Anda.” Hal itu diperparah lagi ketika mereka dikelilingi oleh para ‘yes man’ yang tidak berani angkat bicara soal kekurangan orang ini. Hal ini membuat orang itu semakin ‘megalomania’ , pongah, angkuh, dan egois. Ia terbelenggu oleh kesuksesannya sendiri. Ia tidak pernah belajar lagi.
Ada Seorang Pebisnis, dia menceritakan susah payahnya membangun bisnisnya. Cerita yang mengharukan sekaligus heroik ketika dia harus tidur di kolong jembatan saat tiba di Jakarta ketika remaja. Dengan susah payah dia merangkak dari bawah untuk bertahan hidup. Menikah tanpa uang sepeser pun. Hidup di rumah kontrakan kecil. Akan tetapi, dia tidak patah arang. Dia mengamati cara kerja orang sukses, mencontoh, dan memodifikasi sendiri produknya. Sekarang, dia pun berjaya. Tiga pabrik besar ada di genggamannya.
Namun, sayang sekali. Perusahan itu sedang diterpa badai masalah internal. Pemicunya tak lain adalah sikap pemimpin yang arogan. Dia otoriter dan antikritik. “Kalau saya bisa, kalian juga harus bisa,” katanya pongah. Dia pun menolak ide-ide baru. Dia mengelola perusahaan dengan serampangan. Turn over karyawan pun tinggi. Sisanya hanya kelompok para ‘penjilat’ yang tidak berani melawan. Dia menginginkan anak buahnya di-training. Padahal, dia sendiri yang perlu up date diri dengan training.
Arogansi bisa menghampiri siapa saja. Termasuk seorang pendidik, guru, dosen, yang tiap hari memberi suatu bagi orang lain.
Dari situ, kita belajar banyak untuk hati-hati. Kesuksesan jangan membuat kita arogan dan cenderung self centered serta tidak mau mendengarkan orang lain. Dunia begitu mengenal sosok Mao, Hitler, ataupun Stalin. Mereka berjuang dari basis bawah menuju pucuk kepemimpinan. Mereka pun berjuang untuk perubahan di masyarakatnya. Idealisme mereka sangat luar biasa. Orang pun dibuatnya kagum. Namun, mereka lupa daratan ketika sukses. Mereka memonopoli kebenaran tunggal alias antikritik dan antipembaruan. Mereka memimpin dengan tangan besi. Korban pun bergelimpangan dari tangannya. Begitu juga dalam sejarah bisnis. IBM yang begitu besar dan terkenal pernah mengalami kemerosotan saat arogansi membekap sikap dan pikiran para pemimpin mereka.
Terjebak retorika
Namun, itulah yang terjadi apabila orang berhenti belajar dan merasa diri sudah selesai. Tanpa dia sadari, lingkungannya terus belajar, berinovasi, dan berkembang. Sementara, dia mandek di posisinya. Akibatnya, kue kesuksesan yang dia peroleh lama-kelamaan menjadi basi. Tanpa sadar, kompetitor mereka bergerak jauh meninggalkan dirinya di belakang. Mereka terjebak dalam retorika, kalimat, jurus yang itu-itu saja alias usang. Arogansi telah menutup hati dan pikirannya untuk kreatif menemukan jurus dan tip-tip baru mempertahankan sekaligus mengembangkan kesuksesannya. Di sinilah, arogansi berujung pada malapetaka dan kehancuran.
Jadi, bagaimanakah tipnya agar kesuksesan kita tidak berubah menjadi arogansi?
Pertama- Aware (sadar) dengan sikap dan tingkah laku kita selalu. Meskipun sudah sukses, kita perlu memberi waktu untuk menyadari sikap dan perilaku kita di mata orang lain. Selalulah sadar apakah nada dan ucapan serta tindak tanduk kita sekarang semakin membuat banyak orang lain terluka? Apakah kita masih tetap menghargai orang lain? Apalagi orang-orang yang telah turut membawa Anda ke level sukses sekarang, apakah Anda hargai? Jangan sampai, tatkala masih bersusah payah, kita begitu respek, tetapi setelah sukses justru mencampakkan mereka.
Kedua- Waspadai umpan balik yang hanya menghibur kita tetapi tidak membuat kita belajar lagi. Hati-hati dengan orang di sekeliling kita yang hanya mengatakan hal bagus, tetapi tidak berani memberikan masukan yang baik. Kadang, masukan negatif juga kita perlukan demi perkembangan, sesukses apa pun kita.
Ketiga- Awasi dan peka dengan perubahan yang terjadi. Dalam buku Who Moved My Cheese disimpulkan bahwa kita harus selalu mencium keju kita, apakah sudah basi ataukah mulai diambil orang lain. Kita pun harus terus mencium dan peka bagaimana orang lain mengembangkan dirinya serta bisa jadi ancaman bagi kita. Jangan pula merasa diri paling hebat dan lupa belajar.
Keempat- Sopan dan rendah hati untuk belajar dari orang lain.
Semoga tulisan ini menginspirasi Anda untuk meraih sukses sejati. Kesuksesan yang membuat Anda tidak arogan. Baiknya kita tutup tulisan ini dengan kalimat kuno yang seringkali sudah kita dengar. “Di atas langit masih ada langit yang lain”.

Salam kerja keras..!!
Selalu berfikir positif
Sukses untuk anda

Minggu, 06 September 2009

HIDUP ADALAH PANGGILAN MULIA

Para ulama dan spiritualis seringkali mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini bukan berarti bahwa kita adalah makhluk sempurna, bukan berarti manusia adalah sempurna, karena kesempurnaan sesungguhnya hanyalah milik Allah semata. Namun manusia memiliki bekal yang paling sempurna kalau dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Seperti misalnya, manusia memiliki bekal kesempurnaan dalam dimensi fisik, dimensi kecerdasan akal pikiran maupun dalam kecerdasan spiritual, yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain.

Bahkan Tuhan telah memberikan karunia kepada manusia berupa lapisan otak neo-cortex yang memiliki kemampuan luar biasa untuk berpikir rasional dan logis. Dengan bekal kemampuan luar biasa ini manusia dapat menjelajahi antariksa, menggali kedalaman Samudra, hingga menghasilkan berbagai peralatan canggih yang memudahkan hidup manusia. Inilah yang disebut dengan kecerdasan intektual atau “IQ”. Selain itu manusia juga memiliki otak limbik yang memiliki fungsi dalam kecerdasan emosional atau “EQ” dan kecerdasan spiritual “SQ” yang memiliki peran besar dalam meningkatkan kebijaksanaan dalam hidup. Dengan kecerdasan inilah manusia dapat memberikan makna yang bernilai tinggi dalam setiap aktivitas kehidupannya.

Menyadari potensi ini, maka para ulama dan spiritualis percaya bahwa hidup kita adalah anugerah yang sangat amat luar biasa. Hidup kita adalah karunia yang tak ternilai. Kesadaran akan kesempurnaan ini, seharusnya menjadikan setiap manusia bangga dan kagum akan kehidupannya maupun kehidupan orang lain. Karenannya penting bagi kita untuk menyadari hal ini, kemudian menggunakan potensi anugerah yang kita miliki untuk hal-hal luar biasa dan mulia. Penting bagi kita untuk mengeksplorasi diri, menemukan berbagai potensi keunikan dan bakat luar biasa dalam diri dan menggunakan untuk tujuan sukses dan kemuliaan.

Berbekal kesempurnaan itu, setiap manusia sesungguhnya mengemban amanah yang sangat mulia dalam kehidupan ini. Kehadiran manusia di dunia ini sesungguhnya diharapkan memberikan peran berarti bagi kehidupan, sebagaimana yang sudah diamanahkan oleh Tuhan. Manusia selain sebagai “abdi” dari Allah adalah penguasa di bumi ini. Sebagai penguasa maka kehadiran kita tidak sekedar untuk kesejahteraan diri kita, tetapi juga untuk kesejahteraan orang lain. Kita berkewajiban memelihara kehidupan dan alam semesta dan menggunakan segenap potensinya untuk mensejahterakan banyak orang. Inilah peran utama manusia sebagai pembawa rahmat bagi sesama kehidupan.

Kalau demikian penting bagi kita untuk memastikan bahwa apa yang kita lakukan, bahwa pekerjaan kita saat ini, maupun aktivitas kehidupan yang kita kerjakan sekarang ini dapat memberikan makna bagi banyak orang. Bahwa pekerjaan, bisnis ataupun kehidupan yang kita lakukan saat ini adalah mulia dan bermakna. Dalam bekerja, berusaha dan berkarya tidak hanya untuk memikirkan dirinya sendiri, tetapi dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi sesama kehidupan. Intinya kehadiran kita di dunia ini dituntut untuk mampu mensejahterakan diri kita sendiri, mensejahterakan keluarga kita dan mensejahterakan orang lain serta alam lingkungan kita.

Dalam interaksi sosial di kehidupan, setiap pribadi tidak hanya dituntut untuk mampu mensejahterakan secara lahir, namun juga mampu menjadi cahaya bagi batin dan spiritual bagi orang lain yang membutuhkannya. Inilah insan sejati yang dapat mengeksploitir kemampuan dirinya, baik kemampuan secara fisik, kemampuan intelektual, kecerdasan emosi sampai pada kecerdasan spiritualnya, agar bisa memberikan makna bagi kehidupan. Memberikan arti perbedaan bagi orang lain dan memberikan hasil karya terbaik bagi kehidupan dan bagi dunia.

Para ulama dan spiritualis selalu mengatakan bahwa kesuksesan sejati adalah diukur dengan sejauh mana kita mampu mengembangkan kemampuan diri kita untuk memberikan banyak manfaat bagi sesama kehidupan. Sejauh mana kita dapat memberikan kontribusi kebaikan yang tulus dan ikhlas bagi sesama kehidupan. Sejauh mana kita telah menempatkan hati yang “taqarrub” menuju kepada sifat-sifat Allah dalam setiap gerak kehidupan di dunia.

Sahabat, hidup adalah panggilan mulia dan agung. Kehadiran kita di dunia memiliki peran yang sangat mulia. Kalau demikian, janganlah pernah berkeluh kesah dalam kehidupan, apalagi berputus asa ataupun membiarkan waktu kehidupan terbuang dengan sia-sia. Tetapkanlah visi yang agung yang dilandasi nilai-nilai kemuliaan dari dalam hati kita. Berikanlah arti dalam setiap aktivitas kehidupan Anda. Berikanlah perbedaan yang lebih bermakna, apakah itu ditempat kerja, dalam bisnis, maupun dalam aktivitas lainnya. Seimbangkanlah hidup Anda, agar menjadikan hidup kita lebih mulia dan bermakna.

Ingatlah, bahwa setiap diri kita adalah teladan bagi diri sendiri dan orang lain. Kalau prinsip ini sudah kita jadikan landasan hidup kita, maka setiap kehadiran kita, setiap hasil karya kita, seberapapun harta dan materi yang kita miliki, kekuasaan yang kita dapatkan, ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi yang kita kuasai adalah semata-mata ditujukan untuk kemaslahatan umat sebesar-besarnya. Inilah karakter pribadi manusia yang sudah memahami amanah tertinggi hidupnya. Karena hidup adalah panggilan mulia.

Salam Kerja Keras..!!
Selalu Berfikir positif
Sukses untuk anda

Senin, 03 Agustus 2009

Mencapai potensi hidup yang maksimal

Setiap orang mendambakan masa depan yang lebih baik ; kesuksesan dalam karir, rumah tangga dan hubungan sosial, namun seringkali kita terbentur oleh berbagai kendala. Dan kendala terbesar justru ada pada diri kita sendiri.Melalui karyanya, Joel Osteen menantang kita untuk keluar dari pola pikir yang sempit dan mulai berpikir dengan paradigma yang baru.Ada 7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal :* Langkah pertama adalah perluas wawasan. Anda harus memandang kehidupan ini dengan mata iman, pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi.Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih.Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benakmu, dalam percakapanmu,meresap ke pikiran alam bawah sadarmu, dalam perbuatanmu dan dalam setiap aspek kehidupanmu.* Langkah ke dua adalah mengembangkan gambar diri yang sehat. Itu artinya Anda harusmelandasi gambar dirimu diatas apa yang Tuhan katakan tentang Anda. Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang dirimu sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang dirimu. Sebab hal itu akan menentukantingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. Fakta menyatakan bahwa Anda tidak akanpernah melesat lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan mengenai dirimu sendiri* Langkah ke tiga adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu. Target utama serangan musuh adalah pikiranmu. Ia tahu sekiranya ia berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka iaakan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupanmu.Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan. Alkitab memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran.* Langkah ke empat adalah lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi...Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakaitrauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini.Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmuselama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang. * Langkah ke lima adalah temukan kekuatan di dalam keadaan yang paling buruk sekalipunKita harus bersikap :" Saya boleh saja terjatuh beberapa kali dalam hidup ini, tetapitetapi saya tidak akan terus tinggal dibawah sana." Kita semua menghadapitantangan dalam hidup ini . KIta semua pasti mengalami hal-hal yang datangmenyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan dari luar, tetapi kunci untuk hidupberkemenangan adalah belajar bagaimana untuk bangkit lagi dari dalam.* Langkah ke enam adalah memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri. Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita,Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita, namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri.Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkanapabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.* Langkah ke tujuh adalah memilih untuk berbahagia hari ini. Anda tidak harus menunggusampai semua persoalanmu terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan sampai Anda mencapai semua sasaranmu. Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisimu,sekarang juga !

Salam Kerja Keras.!!!
Selalu berfikir positif
Sukses Untuk anda

Jumat, 03 Juli 2009

Pribadi To Do, To Have, atau To Be?

“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo)
Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.
Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.
Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.
Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.
Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?
Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.
Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.
Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.
Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.
Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.
Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.
Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.
Memaknai hidupIa memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.
Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.
Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”
Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.
Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!


Salam Kerja Keras..!!
Selalu Berfikir positif,
Sukses untuk anda.

Rabu, 01 Juli 2009

Membangun Motivasi Dalam Diri

Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika anda memiliki motivasi yang kuat dalam diri anda. Tanpa motivasi apapun, sulit sekali anda menggapai apa yang anda cita-citakan. Tapi tak dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di dalam diri sendiri. Bahkan mungkin anda tidak tahu pasti bagaimana cara membangun motivasi di dalam diri sendiri. Padahal sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi tersebut.
Caranya? coba simak tips berikut ini:
1. Ciptakan sensasi
Ciptakan sesuatu yang dapat “membangunkan” dan membangkitkan gairah anda saat pagi menjelang. Misalnya, anda berpikir esok hari harus mendapatkan keuntungan 1 milyar rupiah. Walau kedengarannya mustahil, tapi sensasi ini kadang memacu semangat anda untuk berkarya lebih baik lagi melebihi apa yang sudah anda lakukan kemarin.
2. Kembangkan terus tujuan anda
Jangan pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup yang terlalu sederhana membuat anda tidak memiliki kekuatan lebih. Padahal untuk meraih sesuatu anda memerlukan tantangan yang lebih besar, untuk mengerahkan kekuatan anda yang sebenarnya. Tujuan hidup yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan tersendiri dalam hidup anda.
3. Tetapkan saat kematian
Anda perlu memikirkan saat kematian meskipun gejala ke arah itu tidak dapat diprediksikan. Membayangkan saat-saat terakhir dalam hidup ini sesungguhnya merupakan saat-saat yang sangat sensasional. Anda dapat membayangkan ‘flash back’ dalam kehidupan anda. Sejak anda menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga tampil sebagai pribadi yang dewasa dan mandiri. Jika anda membayangkan ‘ajal’ anda sudah dekat, akan memotivasi anda untuk berbuat lebih banyak lagi selama hidup anda.
4. Tinggalkan teman yang tidak perlu
Jangan ragu untuk meninggalkan teman-teman yang tidak dapat mendorong anda mencapai tujuan. Sebab, siapapun teman anda, seharusnya mampu membawa anda pada perubahan yang lebih baik. Ketahuilah bergaul dengan orang-orang yang optimis akan membuat anda berpikir optimis pula. Bersama mereka hidup ini terasa lebih menyenangkan dan penuh motivasi.
5. Hampiri bayangan ketakutan
Saat anda dibayang-bayangi kecemasan dan ketakutan, jangan melarikan diri dari bayangan tersebut. Misalnya selama ini anda takut akan menghadapi masa depan yang buruk. Datang dan nikmati rasa takut anda dengan mencoba mengatasinya. Saat anda berhasil mengatasi rasa takut, saat itu anda telah berhasil meningkatkan keyakinan diri bahwa anda mampu mencapai hidup yang lebih baik.
6. Ucapkan “selamat datang” pada setiap masalah
Jalan untuk mencapai tujuan tidak selamanya semulus jalan tol. Suatu saat anda akan menghadapi jalan terjal, menanjak dan penuh bebatuan. Jangan memutar arah untuk mengambil jalan pintas. Hadapi terus jalan tersebut dan pikirkan cara terbaik untuk bisa melewatinya. Jika anda memandang masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, anda akan semakin sulit termotivasi. Sebaliknya bila anda selalu siap menghadapi setiap masalah, anda seakan memiliki energi dan semangat berlebih untuk mencapai tujuan anda.
7. Mulailah dengan rasa senang
Jangan pernah merasa terbebani dengan tujuan hidup anda. Coba nikmati hidup dan jalan yang anda tempuh. Jika sejak awal anda sudah merasa ‘tidak suka’ rasanya motivasi hidup tidak akan pernah anda miliki.
8. Berlatih dengan keras
Tidak bisa tidak, anda harus berlatih terus bila ingin mendapatkan hasil terbaik. Pada dasarnya tidak ada yang tidak dapat anda raih jika anda terus berusaha keras. Semakin giat berlatih semakin mudah pula mengatasi setiap kesulitan.
Kesimpulan:Motivasi dapat menumbuhkan semangat dalam mencapai tujuan. Motivasi yang kuat di dalam diri, kita akan memiliki apresiasi dan penghargaan yang tinggi terhadap diri dan hidup ini. Sehingga kita tidak akan ragu untuk melangkah ke depan, yaitu mencapai visi hidup kita.

Salam Kerja Keras..!!
Selalu Berfikir positif,
Sukses Untuk Anda.

Selasa, 30 Juni 2009

Faktor Keberuntungan: mengapa beberapa orang dihinggapi keberuntungan

Artikel menarik yang ditulis oleh Richard Wiseman tentang mengapa ada beberapa orang yang selalu dihinggapi keberuntungan sedangkan kebanyakan orang susah untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Richard Wiseman adalah penulis ‘The Luck Factor’ dan seorang pengajar di University of Hertfordshire.
Pertanyaan tentang keberuntungan membawanya untuk meneliti tentang faktor ini sekitar 10 tahun yang lalu. Ia bertanya-tanya mengapa sebagian orang selalu berada di tempat yang tepat dan waktu yang tepat pula. Sedangkan yang lainnya terus menerus kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya.
Ia kemudian menulis iklan di koran nasional setempat. Ia meminta orang yang merasa secara konsisten beruntung dan tidak beruntung untuk menghubungi dirinya. Melalui iklan tersebut ia bertemu dengan ratusan orang yang tidak ‘biasa’ dan selama bertahun-tahun mewancarai mereka. Ia memonitor orang-orang tersebut dan meminta mereka mengambil bagian dalam eksperimen.
Richard mengamati bahwa walaupun kebanyakan orang tidak menyadari apa penyebab keberuntungan mereka, namun dari cara berpikir dan kebiasaan mereka sangat berhubungan erat dengan keberuntungan dan ketidakberuntungan. Hasil ini juga mengabaikan kemungkinan dicap untung-untungan, karena kenyataannya orang beruntung selalu bertemu dengan keberuntungan sedangkan orang tidak beruntung tidak pernah bertemu dengan keberuntungan.
Hal ini dibuktikan dengan sebuah test untuk melihat apakah ada perbedaan kemampuan di antara orang-orang ini dalam menemukan keberuntungan tersebut. Ia memberikan sebuah koran kepada orang beruntung dan tidak beruntung, kemudian menyuruh mereka menghitung berapa banyak foto di koran tersebut.
Richard menempatkan teks ukuran besar di sebuah halaman yang memenuhi setengah halaman dengan font sebesar 2 inci bertuliskan ‘Tell the experimenter you have seen this and win $50′ artinya ‘katakan ke peng-eksperimen Anda kalo Anda melihat tulisan ini dan dapatkan $50′. Walaupun tulisan tersebut terpampang dengan jelas di sebuah halaman, namun kebanyakan orang tidak beruntung tidak memperhatikannya, sedangkan orang beruntung memperhatikan tulisan tersebut.
Orang tidak beruntung umumnya lebih tertekan daripada orang beruntung. Kekhawatiran karena tekanan telah mengganggu kemampuannya untuk menghadapi hal yang tidak diharapkan. Hasilnya mereka terlalu fokus untuk mencari hal lain. Seperti ketika mereka menghadiri suatu pesta, mereka mencari calon partner yang sempurna, namun kehilangan kesempatan untuk mencari teman yang baik. Contoh lain ketika ‘orang tidak beruntung’ mencari iklan di koran untuk suatu jenis pekerjaan, mereka malah melewatkan jenis pekerjaan menarik lainnya.
Orang beruntung lebih relaks dan terbuka, sehingga mereka bisa melihat hal lain selain yang dicari. Berdasarkan penelitian ini, Richard menemukan ada prinsip-prinsip yang dipegang oleh ‘orang beruntung’ untuk menemukan keberuntungannya, yaitu:
1. Mereka terlatih menciptakan dan melihat kemungkinan peluang baik
2. Membuat keputusan baik berdasarkan intuisinya
3. Menciptakan ramalan menggunakan ekspektasi positif
4. Mengembangkan sifat ulet untuk mengubah nasib buruk menjadi baik
Pertanyaan selanjutnya yang muncul dibenak Richard adalah apakah prinsip ini bisa digunakan untuk menciptakan keberuntungan pada orang-orang. Kemudian ia mengumpulkan beberapa relawan yang bersedia menjalankan latihan selama sebulan untuk berpikir dan berlaku seperti orang beruntung. Dan hasilnya mengagumkan, latihan tersebut membantu mereka menemukan keberuntungan, mendengar intuisi mereka, berharap beruntung, dan lebih tahan terhadap nasib buruk. 80 persen dari relawan lebih bahagia, lebih puas dan lebih penting lagi adalah lebih beruntung.
‘Orang beruntung’ menjadi lebih beruntung dan ‘orang tidak beruntung’ menjadi beruntung setelah menjalani latihan ini. Rihard merasa sudah menemukan Faktor keberuntungan yang susah dipahami ini, ia kemudian memberikan 4 tip untuk menjadi beruntung:
Dengarkan insting baik Anda karena biasanya insting tersebut benar adanya
Jadilah orang yang terbuka terhadap pengalaman baru dan lepas dari rutinitas sehari-hari
Luangkan waktu beberapa menit untuk memikirkan hal-hal yang sudah berjalan baik hari itu
Visualisasikan bahwa Anda menjadi beruntung sebelum menerima telepon atau aktifitas lainnya
Semoga hari-hari Anda beruntung dan bekerja dengan baik.
Orang paling bahagia di dunia bukanlah orang yang tidak memiliki masalah satupun, tetapi adalah orang yang bisa belajar hidup dengan sesuatu yang tidak sempurna atau kurang sempurna.
Diterjemahkan dari artikel berbahasa inggris, semoga bermanfaathttp://timesofindia.indiatimes.com/articleshow/msid-3896391,prtpage-1.cms

Salam Kerja Keras..!!
Selalu Berfikir positif,
Sukses Untuk Anda.

Jumat, 12 Juni 2009

Jangan Mengejar Matahari

Banyak orang di penghujung tahun mencoba merefleksikan dan merenungkan apa yang telah mereka alami sepanjang tahun dan dalam proses ini kemudian membuat sebuah Resolusi Tahun Baru – a new year's resolution – dimana kita curahkan cita cita yang kita ingin capai dalam tahun yang baru. Ada yang sederhana seperti "lebih serius dalam bekerja". Ada yang sederhana tetapi penuh rasa ragu ragu "saya akan berhenti merokok (lagi)". Ada yang serius menggebu "kalau nggak dapat promosi yang saya inginkan saya akan mencari pekerjaan lain!".

Saya terus terang tidak tahu siapa yang mulai tradisi ini dan apa makna aslinya tetapi kebiasaan ini bagus untuk diterapkan sebagai pengingat akan tahapan hidup kita dan apakah kita puas atas hasil yang telah didapatkan.Lebih penting lagi adalah ini dapat menjadi saat perenungan kita sebagai mahkluk hidup yang mencari makna yang prinsipil dalam menjalani hidup ini. Ada lagu dari Pink Floyd yang saya sukai. Syairnya antara lain berbunyi : "and you run and you run to catch up with the sun but it's sinking,sinking around to come up behind you again,the sun is the same in a relative way but you're older,shorter of breath and one day closer to death"- dan kita berlari terus menerus untuk mengejar matahari namun ianya terbenamterbenam untuk terbit kembali dibelakang kitamatahari secara relatif tetap sama tetapi kita bertambah tuanapas lebih pendek dan satu hari lebih dekat kepada kematian -.Sepanjang tahun kita mengejar target kita dan setiap hari ia terbit kembali dan kita mengejarnya lagi. Sah, sah, saja tetapi mari kita ingat bahwa hidup ini multi dimensi dan jangan sampai kita berjebak siklus mengejar matahari dan waktu pensiun baru kita sadari kita telah bekerja dengan baik namun kita "tidak hidup". Agar tidak terjebak dalam siklus ini cobalah merenungkan hidup anda dan buatlah resolusi akhir tahun anda.

Ada cara menarik untuk membuatnya. Cerita dari Arthur Gordon ini adalah mengenai seorang eksekutif yang sedang mengalami keresahan dan ingin merenungkan makna hidupnya. Dia pergi keseorang dokter dan dia disuruh kepantai sendirian sambil membawa 4 resep yang harus dibukanya setiap tiga jam..Sesampainya dipantai dipagi hari yang sunyi dia membuka resep yang pertama, didalamnya hanya ada tiga kata "dengarkan dengan seksama". Apa yang bisa dia dengar karena pantai itu sepi dan hanya ada ombak yang ber-ulang ulang? Setelah mengalami keresahan dan frustasi selama tiga jam ia sadar bahwa yang dia dengar adalah kesunyian itu sendiri dan didalamnya –diantara debar ombak – ada "sesuatu" yang dia mulai dapat deteksi namun belum dapat mengerti. Dia kemudian membuka resep kedua, "ingatlah masa lalu".

Selama tiga jam berikutnya dia mulai mengenang masa lalunya dan banyak kenangan yang menyenangkan maupun yang menyedihkan berputar kembali dibenaknya.Dia mulai merasakan sebuah ketenangan didalam dirinya dan dia dengan semangat membuka resep yang ketiga, "periksa ulang motif motif anda". Resep ini membuat dia agak terperanjat. Dia yang tadinya mulai menemukan ketenangan ternyata diminta untuk melihat kedalam dirinya dan merenungkan pemikiran maupun perasaan dia yang paling dalam –yang tidak diketahui orang lain maupun yang dia sendiri enggan renungkan – akan dasar dari perbuatan dia dimasa lalu. Tiga jam ini membuat dia sangat resah akan beberapa tindakan dan keputusan yang pernah dia ambil. Dia kemudian dengan rasa agak enggan membuka resep keempat, "tulislah keresahan anda dipasir". Tadinya dia agak ragu menulis keresahan dan penyesalan dia akan tindakan dia dimasa lalu.Namun karena memang tiada orang lain di pantai tersebut kecuali dianya maka dia mulai menulis tanpa rasa takut dibaca orang.Setelah selesai dia duduk termenung dan membaca ulang tulisannya yang bertebaran dipantai tersebut . Didalam hatinya timbul beberapa perasaan yang bercampur aduk.

Lega karena dia telah melepaskan beban yang ternyata ada didalam dirinya selama ini dan menyesal karena beberapa tindakan dan perilaku dia tidak selaras dengan nurani jiwanya yang paling dalam. Sambil dia merenung dan membaca ulang tulisannya dipasir tidak terasa haripun sudah menjelang malam. Kegelapan mulai melanda pantai yang sunyi itu dan tiba tiba dia sadar bahwa air lautpun sudah mulai mendekatinya. Dia mulai beranjak dari tempat dia duduk dan perlahan lahan mulai kembali kedaratan. Disaat itupun sebuah ketenangan yang luar biasa melandainya. Selama berada dipantai dia telah membuka diri kepada dirinya sendiri dan sekarang laut secara perlahan dan pasti mulai menghapus apa yang telah dia tulis dipasir.

Sambil berjalan kemobilnya dan menuju kembali kedunianya yang penuh hiruk pikuk dia telah menemukan kembali dirinya dan didalamnya dia mendapatkan ketenangan batin yang luar biasa buat masa depannya. Tiada matahari yang perlu dikerjar. Toh, matahari akan terbit kembali esok pagi. Sebenarnya momentum membuat resolusi tidak harus pada akhir tahun saja.
Waktu bulan puasa adalah saat yang penuh refleksi buat umat Islam. Ulang tahun kita bisa juga menjadi tonggak membuat dan mengevaluasi resolusi. Yang penting kita terggugah untuk menggapai sesuatu yang lebih baik dan kita memiliki komitmen pribadi untuk mencapainya.. Jangan sampai kejadian seperti lelucon dimana seorang eksekutif ditanya "apa resolusi kamu tahun ini?" dan dijawab "sama seperti tahun lalu dan setiap tahun sebelumnya!" – alias tidak pernah dijalankan! Ini namanya ilusi tahunan. Kita semua bertanggung jawab atas perilaku, tindakan dan hidup kita. Why waste it?


Salam Kerja Keras..!!
Selalu Berfikir positif,
Sukses untuk anda.

Sabtu, 02 Mei 2009

Kerja adalah Karunia, apakah anda mencintai pekerjaan anda

Mari kita ingat, kapan terakhir kali, kita bangun pagi dan begitu bersemangat untuk bekerja? Atau sebaliknya, betapa "sebal"nya kita terpaksa harus bangun pagi dan harus pergi kerja? Sebagai profesional kita tentu akrab dengan kata-kata "I don't like Monday" dan "Thank God It's Friday," dan mengerti betul betapa menyebalkannya kita memasuki hari Senin untuk bekerja, dan secara berbeda menyambut hari Jumat sebagai "hari gaul sedunia" secara antusias. Dalam sebuah kesempatan berdiskusi dengan sebuah kelompok profesional di sebuah perusahaan multinasional, saya pernah menanyakan hal yang sama seperti di atas. "Ya, kapan, ya, kita terakhir kali merasakan gairah yang menggebu dalam bekerja? Apalagi kalau saya lagi banyak pekerjaan. Stress. Satu pekerjaan belum selesai---pekerjaan lain sudah datang. Belum lagi mendadak sang Boss mengajak kita meeting. Waduh!"Atau coba kita simak pernyataan salah satu profesional yang cukup ekstrem---"Mas, saya sudah tidak tahan bekerja di sini. Saya hampir-hampir tidak punya waktu untuk keluarga. Sabtu dan Minggu, juga tersita untuk pekerjaan. Bekerja dari target ke target. Aturan dan sistem di perusahaan terus berubah. Saya sering bingung, mana yang harus menjadi prioritas."Bekerja, baik di perusahaan atau usaha sendiri, memang telah menjadi sebuah "dunia" tersendiri. Pesonanya telah membangun strata status sosial tersendiri, termasuk seluruh atributnya baik jabatan maupun fasilitasnya. Secara ekstrem dunia pekerjaan bagi pelakunya telah menjadi "beban" seperti di atas. Keras, saling sikut, adu gengsi, menekan, terus berubah, "deadline" dan seterusnya. Mari kita lihat dengan cara pandang lain, dengan memulai bertanya pada diri kita sendiri "Bagaimana bila pekerjaan kita hilang? Oops. Pernah kita membayangkannya?" Di Jepang ada sebuah cerita unik, dan sempat dikutip dalam berbagai versi dan cerita. Kisah seorang karyawan yang telah diPHK, dan tetap "pergi ke kantor." Seperti biasa dari rumah ia pamit bekerja kepada istri dan anaknya, karena ia tidak memberitahu kepada istri dan anaknya bahwa ia telah PHK, naik kereta bawah tanah---tidak ke kantornya---tapi berkeliling menghabiskan waktunya sesuai jam kerja. Dan dia melakukannya selama 6 bulan, setiap hari kerja! Kisah ini juga, konon, terjadi dalam berbagai versi di Indonesia.Atau, coba kita lihat saudara-saudara kita yang kehilangan "pekerjaannya"---atau kalaupun bekerja, mereka bekerja di "bawah harga"---mengandalkan otot, dan tetap bekerja sekeras-kerasnya meski hasilnya tak pernah mencukupi. Tanpa bermaksud membandingkan, mudah-mudahan sekarang kita bisa melihat sesuatu yang "berbeda." "Bekerja adalah karunia! Dan patut disyukuri" begitu kata teman saya. Selama kita masih sibuk, dikejar target, peraturan dan sistem terus berubah, artinya pekerjaan kita "tetap ada." Kita masih dibutuhkan. Perusahaan tempat kita bekerja tetap "hidup." Kita masih bisa mempunyai rencana-rencana pribadi dan keluarga menyambut masa depan.Tantangannya tentu adalah bagaimana kita bisa membuat seimbang antara keluarga dan kerja. Tantangannya adalah "I like Monday" dan "Thank God It's Friday" secara sejajar.

Salam Kerja Keras..!!
Selalu Berfikir positif,
Sukses untuk anda.

Jumat, 17 April 2009

KEMBANGKAN KOMPETENSI ANDA

Seringkali kita menyaksikan begitu banyak praktek
manajemen yang dilakukan hanya dengan menggunakan “satu
tangan” yaitu tangan kanan saja. Padahal kenyataannya kita
tidak mungkin bisa menyempurnakan hasil memahat sebuah
patung misalnya, bila hanya menggunakan tangan kanan saja,
karena tangan kiri sangat dibutuhkan untuk memegang pahat,
sementara tangan kanan dibutuhkan untuk memegang pemukul
pahat.
Kerja bersama anatara tangan kanan dan kiri-lah yang bias
menghasilkan karya yang optimal. Tidak mungkin patung yang
berkualitas dapat dihasilkan oleh satu tangan saja.
Didalam proses manajemen kepemimpinan, juga terdapat dua
tangan proses yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain
yaitu people process dan work process.
Work propcess ibarat tangan kanan yang bekerja keras
memukul pahat, semenatra people process ibarat tangan kiri
yang menuntun kemana tangan kanan harus diarahkan untuk
membentuk sebuah patung. Sehingga kerjasama anatara tangan
kiri dan tangan kanan tentunya akan menghasilkan patung
yanga berkualitas tinggi.
Dalam praktek manajemen, seringkali saya melihat bahwa
para pemimpin cenderung lebih menyukai hanya menggunakan
tangan kanannya, yaitu hanya menggunakan work process
saja, tanpa menggunakan tangan kirinya yaitu people
process. Padahal team work process sebenarnya hanyalah
merupakan rangkaian dari input, business process dan
output.
Dalam, kenyataannya, instruksi kerja atau input apapun
tidak akan bisa dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh
bawahan kita, apabila instruksi kerja tidak disampaikan
dengan menggunakan teknik human approach yang baik.
Business process juga tidak akan berjalan dengan lancar,
apabila tidak dilasanakan oleh orang yang termotivasi
untuk bekerja dengan baik, dan tentunya out put tidak akan
berkualitas apabila terdapat banyak cacat (defect) pada
produk karena dikerjakan oleh orang yang tidak bekerja
dengan perasaan senang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
work process barulah menggunakan separo dari keseluruhan
pekerjaan manajerial.
Dia memerlukan separo pekerjaan yang lain yaitu people
process. Proses manusia ini pada dasarnya adalah suatu
proses pengembangan competency SDM dengan maksud agar
mereka lebih bersikap kooperatif terhadap tujuan-tujuan
organisasi yaitu terdiri dari :
- Mindset-nya : yaitu cara pandangya terhadap nilai-nilai
profesionalisme yang dituntut organisasinya.
- Knowledge & Skill-nya : yaitu pengetahuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan untuk menghasilkan high
performance.
- Attitude-nya : yaitu sikapnya terhadap pekerjaan,
profesi dan organisasinya.
- Behaviour-nya : yaitu perilaku profesionalisme agar
lebih sesuai dengan corporate culture didalam organisasi.
- Problem solving Ability-nya : yaitu kemampuannya
memecahkan masalah, dan seterusnya.

Maka apabila Anda sebagai pemimpin belum melakukan
upaya-upaya untuk mengembangkan bawahan Anda terhadap
hal-hal yang masuk dalam kategori people process seperti
tersebut diatas. Artinya Anda harus siap setiap saat untuk
mendampingi, mengawasi atau bahkan mengantikan pekerjaan
bawahan Anda sebagai akibat dari kesalahan-kesalahan,
cacat produk, pekerjaan yang ditunda, target tidak
tercapai, pekerjaan-pekerjaan yang harus diulangi dan
sbagainya, yang semuanya disebabkan oleh karena tidak
dilaksanakan people process dengan baik.
Artinya pula, Anda tidak akan bisa dan mempunyai cukup
waktu mengurus hal-hal yang lebih strategis untuk
mengembangkan kinerja apalagi karier anda. Lebih parah
lagi atasan Anda tidak lagi mempromosikan Anda karena
tidak mempunyai pilihan lain kecuali harus mempertahankan
Anda pada posisi Anda sekarang , karena memang tidak ada
orang lain dibawah Anda yang siap menggantikan Anda
apabila anda dipromosikan .
Maka apabila Anda berada pada situasi
seperti ini, Anda harus bersiap untuk mengucapkan selamat
tinggal kepada karier Anda. Kenyataan ini seringkali
terjadi sebagai akibat dari pemahaman yang salah, bahwa
seolah – olah bila seorang atasan mengembangkan bawahanya,
maka si bawahan akan berpotensi mengancam posisinya.
Padahal apabila Anda mampu mengembangkan bawahan Anda,
artinya karena Anda mempunyai kemampuan yang lebih dari
bawahan Anda. Berarti pula Anda akan dituntut untuk selalu
meningkatkan competency diri sendiri dulu agar Anda bisa
meningkatkan competency bawahan Anda. Nah apabila proses
ini berjalan secara simultan dalam suatu organisasi, maka
akan terbentuk suatu siklus pengembangan competency, yaitu
bahwa competency Anda berkembang, competency bawahan Anda
berkembang dan competency orang–orang sekitar Andapun juga
berkembang. Selanjutnya akan terjadi proses peningkatan
competency organisasi secara sistemik dan berkelanjutan,
sehingga akan diperoleh suatu organsasi yang unggul dengan
competitive advantage yang tinggi yang berasal dari SDM
yang kompeten. Dengan demikian akan tercipta
peluang-peluang karier yang lebih luas sebagai akibat dari
pengembangan organisasi Anda, sehingga Anda tidak terjebak
dalam “Lumpur” kemandekan karier.
Jadi , janganlah terlalu khawatir apalagi takut untuk
mengembangkan competency bawahan Anda karena itu berarti
Pertama, akan mempermudah pekerjaan Anda. Kedua, akan
meningkatkan kinerja tim Anda dan yang lebih penting lagi
adalah ketiga, Competency Anda sendiri akan berkembang
seiring dengan apa yang Anda berikan kepada bawahan Anda.
Sekian dan Selamat Mencoba !

Salam Kerja Keras..!!
Selalu Berfikir positif,
Sukses untuk anda.